**SELAMAT DATANG DI BLOG KEDAMAIAN**
MENCERAHKAN DAN HUMANIS
Saturday, July 26, 2008
Siapa yang Lebih Berhak Masuk Surga?
Saya selalu mengikuti isu-isu yang tengah marak di mailits IKBAL Al-Amien, meskipun saya jarang memberikan tanggapan, kecuali kalau lagi mood. Kebetulan ketika itu isu yang lagi marak tentang penghormatan terhadap kelompok lain. Apalagi saat itu juga sedang ramai-ramainya isu pembantaian para anggota FPI (Front Pembela Islam) terhadap para anggota AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) di Monas.

Saya amati, kawan-kawan peserta mailist IKBAL saling hujat satu sama lain. Dan, sungguh, hati saya menangis mendahului aliran air mata di wajah saya. Lebih-lebih ketika kata-kata “kafir”, “murtad”, “sesat” dan sejenisnya terlontar liar tak terbendung.

Terus terang saja, dengan hati miris saya katakan, saya paling tidak suka bermusuhan, saya lebih suka berdamai dengan orang, makanya kata-kata sopan selalu saya kedepankan demi menghormati orang lain yang juga manusia seperti saya dan mempunyai hak yang sama dengan saya. Tidak peduli orang Kristen, Yahudi, Ahmadiyah dan kelompok-kelompok lainnya.

Terhadap para penganut kelompok agama, pemikiran atau yang lain-lain, saya tidak memandang “kelompok”-nya, akan tetapi lebih memandang kepada kemanusiaannya. Selama mereka baik, ya saya santai saja, dan tentu saja asal mereka tidak membantai dan memukuli saya seperti yang terjadi di Monas setengah bulan yang lalu.

Dalam urusan surga, saya kok lebih yakin Fir’aun yang masuk surga daripada Habib Rizieq, Munarman, Abu Bakar Ba'asyir, atau orang-orang FPI lainnya, FUI, dan MUI. Pelacur saja masuk surga, orang shalat malah diancam neraka oleh Tuhan.

Makanya, bagi saya, masuk dan tidaknya manusia ke dalam surga tidak ditentukan oleh agama, kelompok atau apalah namanya, tetapi yang menentukan adalah kelakuan manusia di muka bumi, sejauh mana kontribusinya terhadap manusia lainnya; apa saja yang telah diperbuatnya untuk kedamaian, ketenteraman dan kemajuan manusia?

Jadi semata-mata bukan karena dia Islam, Yahudi, Kristen atau Ahlus Sunnah, Syi’ah, Ahmadiyah dan lain-lain. Toh Nabi pernah bersabda, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Coba kita semua merenungkan hadits Nabi di atas. Dan mari kita kaji al-Qur'an secara mendalam. Dalam setiap ayatnya al-Qur’an selalu menekankan “perbuatan baik” (al-‘amal ash-shâlih) sebagai syarat mutlak masuk surga. Kata “islam” dan “iman” itu lebih bermakna “kepercayaan” dan “kepasrahan” kepada Tuhan semata, bukan bermakna “afiliasi” dan “menganut” agama tertentu.

“Kepercayaan” dan “kepasrahan” terhadap Tuhan pun tidak memperdulikan siapa Tuhan yang dianut. Yang penting “kebertuhanan” itu menumbuhkan sifat-sifat yang luhur di dalam diri manusia untuk kemudian diejawantahkan di dalam kehidupannya sehari-hari.

Jadi, siapakah yang berhak masuk surga? Ya, pahami saja maksud tulisan sederhana saya ini, dan silahkan pikirkan sendiri.

 
posted by Roland Gunawan at 7:55 PM | Permalink | 0 comments

"TERIMA KASIH ANDA TELAH MAMPIR DI SINI"