Setelah menciptakan alam Tuhan duduk untuk beristirahat. Saat itu Dia mulai berpikir tentang kehidupan makhluk-makhluk-Nya, dan bagaimana kehidupan ini nantinya. Kemudian satu masalah muncul, yakni berapa umur setiap makhluk-Nya. Akhirnya Dia memutuskan umur setiap makhluk-Nya adalah 30 tahun.
Kemudian Dia memanggil para hewan satu per satu. Awalnya Dia memulai dari Keledai. Dia berkata, “Aku tetapkan umurmu 30 tahun. Bagaimana menurutmu?"
Keledai berkata, “Wahai Tuhanku, apa yang Engkau buat itu? Sungguh, itu lama sekali, pasti hanya akan aku gunakan seluruhnya untuk bekerja dan berjuang keras. Aku mohon, kurangilah, aku tidak sanggup bekerja selama itu. Aku mohon, kurangilah...”
Tuhan pun menetapkan umurnya hanya 18 tahun. Setelah itu Dia memanggil anjing. Dia berkata, “Umurmu aku tetapkan 30 tahun. Bagaimana menurutmu?” Seketika itu anjing menggonggong sambil berkata, “Wahai Tuhanku, ini banyak sekali! Alangkah sangat panjang umurku kalau begitu! Aku tidak mau. Aku tidak sanggup menanggungnya. Apakah Engkau rela aku gunakan keseluruhan umurku itu hanya untuk menggongong, menjaga dan mengusir manusia? Aku mohon, pendekkan umurku..”
Tuhan pun menetapkan umurnya hanya 12 tahun. Kemudian tiba giliran kera. Tetapi ketika mendengar umurnya 30 tahun ia langsung menangis. Katanya, “Wahai Tuhanku, ini tidak boleh! Banyak sekali! Apakah Engkau rela aku hanya untuk melompat dari satu pohon ke pohon lain dengan mengikatkan ekorku selama 30 tahun? Aku mohon, sekiranya Engkau sudi, kurangilah umurku...”
Tuhan pun menetapkan umurnya hanya 10 tahun. Terakhir, Tuhan memanggi manusia. Dia berkata, “Bagaimana pendapatmu bila Aku aku tetapkan umurmu 30 tahun? Ini banyak atau sedikit?
Mendengar itu manusia langsung menangis. Lalu katanya, “Engkau katakan 30 tahun, wahai Tuhanku? Sungguh, alangkah pendeknya kehidupanku kalau begitu! Dengan umur yang hanya sebegitu aku tidak memulai kehidupanku kecuali pada saat terakhir di mana aku belum selesai membangun rumahku, menanam pohon-pohon, dan setelah itu aku ingin sekali beristirahat. Umur 30 tahun sangat tidak cukup. Bagaimana nantinya nasib istriku? Bagaimana nasib anak-anakku ketika mereka sudah dewasa dan mereka tidak melihat ayah mereka ada di antara mereka? Apa yang akan mereka lakukan?! Aku mohon, bila Engkau sudi, berilah aku umur yang lebih panjang supaya aku bisa mendidik anak-anakku dan aku menjadi tenang akan masa depan mereka. Aku mohon...”
Tuhan berkata, “Baik, akan Aku berikan kamu 30 tahun lagi yang Aku ambil dari umur keledai dan anjing. Apakah ini cukup?”
Manusia menjawab, “Tuhanku, tidak...itu tidak cukup. Sebab anak-anakku nanti akan punya anak juga. Aku sangat ingin melihat cucu-cucuku. Aku ingin hidup bersama mereka. Aku ingin memeluk dan mengasuh mereka. Aku mohon, Tuhan...aku mohon...”
Tuhan berkata, “Aku telah memberikanmu umur yang banyak, akan tetapi kamu adalah makhluk yang sangat tamak dan tidak pernah puas. Baik, Aku kasih kamu 20 tahun lagi yang Aku ambil dari umur kera, apakah ini cukup?!”
Manusia berterima kasih kepada Tuhan. Kemudian ia kembali ke tengah-tengah hutan.
30 tahun pertama adalah kehidupannya. Di tahun-tahun ini ia merasa puas dan menikmati kehidupannya.
Setelah itu datang 12 tahun yang diambil dari umur keledai. Di tahun-tahun ini ia bekerja dan berusaha siang-malam demi keluarganya.
Setelah itu datang 18 tahun yang diambil dari umur anjing. Di tahun-tahun ini ia menjadi sosok yang menari dan bermain bersama cucu-cucunya sehingga tidak bergaul dengan manusia lainnya kecuali hanya sedikit.
Setelah itu datang 20 tahun yang diambil dari umur kera. Di tahun-tahun ini ia tampak lemah. Ia menyesali hari-hari petualangannya dari satu pohon ke pohon lain. Dari pohon-pohon itu ia tidak menemukan apa-apa selain kekasaran pada tangannya!
Dengan demikian, setiap manusia adalah campuran dari keledai, anjing dan kera.
* Diambil dari buku “Hawla al-‘Âlam fî 200 Yawm” (200 Hari Keliling Dunia) karya Anis Mansur.