Rasulullah saw. bersabda: “Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu.”[1]
Pembelengguan di sini maksudnya: syetan-syetan diikat sehingga membuat mereka tidak bisa bergerak atau melakukan aktivitas apapun untuk menghalang-halangi menyebarnya kebaikan di tengah-tengah manusia.
Akan tetapi di tengah-tengah menunaikan ibadah puasa, kita seringkali menemukan pengaruh-pengaruh syetan. Kita melihat para pendusta, para penipu, serta orang-orang yang dengan sengaja, secara terang-terangan, makan dan minum sehingga mengganggu ketenangan orang-orang yang berpuasa. Ini semua seakan menjadi isyarat bersemayamnya syetan-syetan di dalam jiwa mereka.
Pertanyaannya, demi melihat kenyataan di atas, jadi apa maksud pembelengguan syetan-syetan sebagaimana tersurat dalam hadis tersebut?
Sebagian ahli fikih mengatakan bahwa terdapat jenis syetan tertentu yang dibelenggu, sementara yang lainnya tidak dibelenggu.
Sebagian yang lain berpendapat: maksud dari hadis Nabi tersebut sebenarnya adalah bahwa seluruh syetan memang dibelenggu, hanya saja orang-orang yang berbuat keji sudah menjadi seperti syetan, bahkan sudah menjadi teman-temannya, sehingga tidak lagi memerlukan syetan untuk menggoda dan mengajak mereka berbuat keburukan dan melanggar ketetapan-ketetapan Tuhan.
Berbeda dengan para ahli fikih, Maulana Syaikh Mutawalli Sya`rawi berkata:
Terdapat dua macam ucapan (al-kalâm). Pertama, kalâm khabarî (ucapan bersifat memberi tahu) yang menceritakan tentang suatu realitas. Kedua, kalâm khabarî yang diucapkan untuk menciptakan realitas. Misalnya firman Allah swt. tentang al-Bayt al-Harâm: “Barang siapa yang memasukinya, amanlah ia.”[2] Jika maksud dari ayat ini sebagai informasi dari Allah perihal realitas yang sesungguhnya, maka tidak mungkin akan terjadi sebaliknya, dengan kata lain, tidak mungkin ada aksi-aksi kejahatan di sana. Akan tetapi, bila dimaksudkan untuk menciptakan realitas, di mana Allah swt. menyuruh manusia untuk tidak berbuat onar di sana, sehingga terciptalah keamanan itu. Dari itu, kalau kita mendapatkan realitas yang tidak sesuai, misalkan kita temukan di sana tindakan-tindakan yang menyimpang, berarti ini kembali kepada manusianya yang tidak mau mengikuti perintah Tuhan.
Demikian juga, kalau kita melihat kepada firman Allah yang berbunyi: “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji [pula], sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik [pula].”[3] Tetapi apa yang kita lihat, adakah kenyataan yang nampak di hadapan kita selalu memperlihatkan demikian? Ternyata tidak! Kita melihat perempuan baik-baik malah mendapatkan suami yang kejam, berperilaku buruk, atau sebaliknya. Bila kita memperhatikan firman Allah tadi dan mengikutinya, Dia akan menjadikan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik. Kalau tidak, kebalikannya yang akan berlaku.
Sehubungan dengan itu, maka hadis yang menjelaskan pembelengguan syetan-syetan itu merupakan kalam atau ucapan yang ditujukan untuk menciptakan realitas; jika kita taat terhadap perintah Allah swt. maka syetan-syetan akan terbelenggu dengan sendirinya, kalau tidak, syetan-syetan tidak akan terbelenggu. Dan kita diperintahkan untuk menciptakan realitas semacam itu.
------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Dikeluarkan oleh al-Bukhari (3/60/1898), Muslim (758), al-Tirmidzi dan al-Nasa’i (4/127), Ibn Majah dalam kitab al-Shiyâm dan Imam Ahmad dalam kitab al-Musnad (2/230), (281), (292), (357), (378), (385), (401), (425), (3/236), (4/311, 312), (5/411).
[2] Qs. Ali `Imran: 97.
[3] Qs. al-Nur : 26.