**SELAMAT DATANG DI BLOG KEDAMAIAN**
MENCERAHKAN DAN HUMANIS
Sunday, October 29, 2006
Ada Apa Dengan Fahmi Huwaidy?

Bertepatan dengan malam lebaran, saya dengan dua orang kawan berniat ingin ke Nil, sekedar ingin menikmati malam. Rencananya kami ingin naik Bis yang langsung ke Tahrir, namun setelah kurang lebih setengah jam menunggu, ternyata tidak ada. Akhirnya kami naik mobil angkutan ke Hayy Sabi`. Kami turun di Hayy Sabi`, saya lihat ada Baqqalah (toko kecil, begitulah kira-kira) yang buka, yang kebetulan menjual buku-buku, majalah-majalah, koran-koran, dll. Sambil nunggu Bis berangkat, saya mampir dulu ke toko itu. Secara tak sengaja pandangan saya tertuju pada majalah Rosa El Yossef, saya ambil saja, saya amati. Dan sungguh, saya terperanjat! Betapa tidak, di cover depan majalah itu secara jelas tertulis bahwa Fahmi Huwaidy, salah satu tokoh pemikir Islam Mesir, yang dulu dikabarkan pernah mengkafirkan Nasr Hamid Abu Zayd, telah sengaja melakukan plagiasi.

Awalnya saya kurang percaya. Tapi ketika saya buka majalah itu dan saya baca makalah yang ditulis oleh Aiman al-Hakim dengan cermat dan melihat sendiri buktinya, saya baru ‘agak’ percaya —saya katakan ‘agak’ karena dalam hati saya masih ada sedikit keraguan, apakah benar Fahmi Huwaidy melakukannya secara sengaja. Dalam makalah itu Fahmi Huwaidy dituduh melakukan plagiasi secara sempurna terhadap sebuah teks yang ada dalam buku Yusuf al-Qardhawi, al-Islâm wa al-Fann, yang kemudian dia publikasikan di internet dengan judul, Nazhrah fî Jamâliyyât al-Qur’ân al-Karîm. Dengan perbuatannya ini, di internet, Fahmi Huwaidy diletakkan dalam daftar “Lushûsh al-Kalimah” (plagiator).

Bagi kebanyakan orang Mesir, Fahmi Huwaidy adalah seorang pemikir Islam yang terkenal dengan kemampuannya menyampaikan gagasan-gagasan dengan argumen-argumen dan alasan-alasan yang valid, bahkan bisa dianggap sebagai “shâhib kalimah sâhirah” (orang yang kata-katanya cukup menyihir), tidak kalah tenarnya dengan Muhammad Imarah dan sederet pemikir Islam lainnya. Banyak sudah buku yang ditulisnya. Dan penggemarnya pun banyak, bukan hanya di Mesir, tapi di dunia Arab secara keseluruhan. Sebab, seperti diketahui, dia sering diundang untuk mengisi seminar mengenai masalah-masalah kaum Muslimin di pelbagai negara Arab.

Kebiasaan yang ada saat ini, para tokoh penulis banyak yang berefer kepada turâts atau tradisi yang lama, mengambil darinya, yang kadang-kadang, secara ‘lancang’, dengan alasan bahwa turâts adalah milik bersama, bukan milik per-seorangan, kendati di dalam kitab turâts itu tertera sebuah nama yang cukup terkenal, sebab waktu telah menghapusnya; kadaluarsa, segala sesuatu pada akhirnya akan ditinggalkan oleh zaman.

Akan tetapi ‘nasib jelek’ yang menimpa Fahmi Huwaidy adalah karena dia merefer kepada sebuah buku yang masih ‘baru’, ditulis oleh Yusuf al-Qardhawi, seorang dai yang cukup terkenal di dunia Islam dengan pengikut berjumlah puluhan ribu, sekarang dia masih hidup, dan seperti dirinya yang juga sama-sama memikirkan nasib umat Islam. Hampir bisa dipastikan, para pengikut Yusuf al-Qardhawi itu, rata-rata dari mereka pernah membaca buku-bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa. Di Indonesia kita tahu, hampir semua buku karya al-Qardhawi sudah diterjemahkan, malah tak sedikit yang jadi bestseller.

Sebagaimana ditulis oleh Aiman al-Hakim, hanya ada dua solusi bagi Fahmi Huwaidy. Pertama, melakukan klarifikasi dengan membuat pernyataan resmi yang dihadiri Mabâhits al-Ma`lûmât wa al-Hisâbât, suatu badan baru yang belum lama ini dibentuk oleh Departemen Dalam Negeri Mesir yang secara khusus mengawasi perkembangan kejahatan, sekaligus memburu para ‘pelaku kejahatan’ di internet; lapangan baru bagi kejahatan-kejahatan informasi. Fahmi Huwaidy harus dengan tegas mengatakan bahwa dirinya terbebas dari tuduhan itu, menunjukkan bukti-bukti bahwa dia tidak pantas untuk diletakkan dalam daftar “Lushûsh al-Kalimah” (plagiator), sekaligus meminta kepada pelaku untuk segera menghapus namanya dari daftar itu. Kedua, kalau tuduhan itu benar, maka Fahmi Huwaidy harus segera meminta maaf kepada para pembacanya, serta menjustifikasi ‘kejahatannya’ melakukan plagiasi dengan alasan-alasan yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan.

Sebenarnya ada solusi ketiga, yaitu dengan “diam”, hanya saja harga yang harus dibayar sangat mahal. Fahmi Huwaidy akan kehilangan kepercayaan, ini lebih menakutkan dan lebih berbahaya dari yang pertama dan kedua, khususnya bagi penulis yang membangun popularitasnya di atas kepercayaan. Apa jadinya kalau sudah kehilangan itu?

Kita amati peristiwa-peristiwa yang terjadi secara beruntun di dunia Islam selama sebulan terakhir sudah tidak mampu lagi dicerna oleh akal, sesuatu yang membuat kita tercengang dan terheran-heran, menimbulkan perasaan takut terhadap masa kini dan pesimis menghadapi masa depan. Sekarang umat Islam tengah menghadapi banyak masalah, penyelesaiannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita lihat upaya-upaya untuk menyelesaikannya sudah mulai dilakukan, walaupun barangkali agak lamban. Tokoh sekaliber Fahmi Huwaidy tidak seharusnya memperlihatkan contoh kurang baik bagi umat. Ini saya kira merupakan salah bentuk pembodohan terhadap umat.
 
posted by Roland Gunawan at 7:39 PM | Permalink |


0 Comments:





"TERIMA KASIH ANDA TELAH MAMPIR DI SINI"