**SELAMAT DATANG DI BLOG KEDAMAIAN**
MENCERAHKAN DAN HUMANIS
Monday, March 27, 2006
Getar Asmara di Awal Tahun Hijra
[Antara Tahun Baru Hijriah dan Valentine Day*]


Untuk kali ini, perayaan Tahun Baru Hijriah berdekatan dengan perayaan Valentine Day. Ada apa gerangan? Apakah kita akan melihat hal ini sebagai sesuatu yang kebetulan? Kalau memang demikian kita melihatnya, tidak apa-apa. Tapi ada pertanyaan lain, adakah hubungan antara Tahun Baru Hijriah dan Valentine Day? Mari kita lihat.

Dalam Tahun Baru Hijriah terkandung nilai-nilai perjuangan. Sedangkan dalam Valentine Day terkandung nilai-nilai cinta dan kasih sayang. Walaupun secara historis mungkin berbeda, namun secara subtansial ada terkaitan, yaitu cinta dan perjuangan. Cinta tanpa perjuangan tidak akan berarti apa-apa, sebagaimana juga perjuangan tanpa cinta sebagai 'motor penggerak' akan 'impoten'. Dengan kata lain, perjuangan adalah badan, sedangkan cinta adalah ruh. Coba bayangkan, apa jadinya bila badan tanpa ruh?. Jadi siapapun boleh merayakan keduanya, tak peduli apakah itu Islam, Kristen, Yahudi, Barat, Timur dan lain sebagainya. Orang Kristen boleh merayakan Tahun Baru Hijriah, sebaliknya orang Islam juga boleh merayakan Valentine Day, bahkan boleh saja merayakan Hari Raya Natal. Kenapa tidak? Kita perlu tahu bahwa Valentine Day, sebenarnya bukan berasal dari agama Kristen, tapi nyatanya umat Kristiani tetap merayakannya, bahkan dengan sangat PD menyatakan kepemilikan terhadapnya.

Kalau kita menengok kebelakang, di mana pada belasan abad yang silam, Nabi Muhammad melakukan hijrah dari Mekkah menuju Madinah. Di Madinah inilah Nabi berjuang demi cintanya kepada Islam. Apa buah dari perjuangannya? Ternyata Nabi benar-benar memahami dan menghayati makna hijrah yang dilakukannya. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat, Islam telah jauh mengepakkan sayapnya melintasi jazirah Arab, dan menjadi sebuah 'kekuatan' yang diperhitungkan pada waktu itu. Sekarang, apakah kaum Muslimin betul-betul mengaplikasikan makna hijrah yang setiap tahun diperingati? Justru, yang saat ini paham akan makna 'hijrah' adalah Barat, yang kita tahu didominasi kaum Kristiani. Mereka benar-benar telah melakukan 'hijrah' dari dunia kebodohan menuju dunia modern. Sementara kaum Muslimin sendiri, saat ini, tidak mau berhijrah. Mereka masih merasa 'bahagia' di tempat 'kunonya' meskipun kabut hitam nampak menyelimuti, tidak mau meninggalkan Mekkah menuju Kota Madinah seperti yang Nabi lakukan dulu.

Sebaliknya Barat yang merasa memiliki Valentine Day, adakah mereka benar-benar juga telah mengejawantahkan nilai-nilai ke-Valentine Day-an yang setiap tanggal 14 Februari mereka rayakan? Kalau memang demikian, kenapa Amerika (walaupun tidak semua) menyerang Irak dan lain-lain, bahkan katanya, dalam waktu dekat, akan menyerang Iran?. Inikah dia spektrum dari Valentine Day?

Sekarang kita menyadari betapa sulitnya menggapai makna dan hakekat (pengejawantahan). Tidak saja terbatas pada bagaimana menjiwai inti dan pesan dari sebuah ajaran, lebih dari itu adalah aplikasinya bagi manusia melalui 'rongga' perjuangan dan ruh kasih sayang. Makanya, kita jangan sampai terjebak pada berbagai formalitas dan simbol keagamaan tanpa menyelami inti, makna maupun pesan universal yang terkandung, untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kyai Sepuh Afkar sekaligus Direktur IKBAL Underground
* Tulisan ini sebagai kado untuk seseorang yang kucintai di sono.
 
posted by Roland Gunawan at 4:38 AM | Permalink |


0 Comments:





"TERIMA KASIH ANDA TELAH MAMPIR DI SINI"