**SELAMAT DATANG DI BLOG KEDAMAIAN**
MENCERAHKAN DAN HUMANIS
Monday, March 27, 2006
Poligami

Suatu ketika saya mengikuti diskusi di sebuah sekretariat kekeluargaan tentang kedudukan perempuan dalam Islam. Dalam diskusi ini saya juga ikut ambil bagian dalam sessi pendapat. Saya katakan bahwa perjuangan Rasulullah dalam mengangkat martabat kaum perempuan belum usai. Walaupun Tuhan menyatakan dalam firman-Nya bahwa ajaran Islam telah sempurna dengan berakhirnya risalah Muhammad, tapi upaya Nabi dalam mengejawantahtahkan ajaran-ajaran Islam belum mencapai titik final, atau belum seluruhnya tercapai. Makanya beliau bersabda, "Setiap seratus tahun, pasti ada seseorang yang akan memperbaharui masalah agamanya." Ini menunjukkan bahwa ajaran-ajaran Islam, yang menurut keyakinan kaum Muslimin tetap relevan pada setiap zaman, perlu dikaji ulang agar sesuai dengan tuntutan zaman. Katakanlah misalnya masalah poligami. Masalah ini masih merupakan hal yang banyak diperdebatkan di kalangan ulama, kaum cendikiawan atau intelektual, adakah Islam membolehkan poligami atau tidak?

Dulu, sebelum Islam hadir berlaga di pentas sejarah, keadaan kota Makkah sangat memprihatinkan. Banyak orang menyebut zaman ini dengan zaman Jahiliyah, bukan karena orang-orang ketika itu bodoh-bodoh atau buta huruf. Justru ketika itu kota Makkah menjadi pusat perdagangan. Akan tetapi karena ketika itu yang berlaku adalah hukum rimba, di mana yang kuat menindas yang lemah, di samping juga kehidupan mereka yang begitu keras, bagi mereka, menyerah berarti mati, membunuh atau dibunuh. Kerusakan dan ketidak-adilan terjadi di mana-mana. Dan kaum perempuan pun lak luput dari sasaran ketidak-adilan, mereka tak lebih hanya sekedar budak, atau barang yang bisa diperjual-belikan. Bahkan ada yang merasa malu ketika istrinya melahirkan anak perempuan. Namun ketika Rasulullah muncul membawa ajaran-ajaran Islam, melihat kenyataan ini, beliau tergerak untuk merubahnya. Tentu saja, untuk merubahnya tidak harus secara radikal, semena-mena, atau hapus sana, hapus sini. Tidak demikian, tapi harus bertahap dan berproses. Misalkan seperti masalah khamr. Rasulullah tidak langsung melarangnya, namun, berdasarkan ayat yang turun, beliau menyatakan bahwa khamr itu ada manfaat dan bahayanya, tetapi bahayanya lebih besar ketimbang manfaatnya. Setelah itu diperingatkan lagi agar tidak mendekati shalat kalau sedang mabuk. Terakhir baru ada pelarangan, bahwa khamr adalah termasuk tipu muslihat syetan untuk menjerumuskan manusia ke jurang kehinaan dan kerusakan.

Sama halnya dengan masalah poligami. Sebelum Islam, seorang laki-laki boleh saja mengawini lebih dari seratus perempuan. Bahkan saya pernah mendengar bahwa Nabi Sulaiman mempunyai selir hampir mencapai seribu. Memang saya pribadi ketika mendengar hal ini sempat berkata, "Wah, kalau saja saya yang menjadi Nabi Sulaiman, alangkah enaknya." Tapi perlu dipikirkan, ada tidak perempuan yang mau dipoligami? Banyak. Salah seorang peserta diskusi yang tadi saya sebutkan malah menyatakan, "Seandainya di antara sekian laki-laki yang hadir di sini ada yang seperti Rasulullah, saya bersedia dipoligami." Tapi, apakah kesediaan mereka untuk dipoligami karena yakin ini adalah ajaran agama, atau karena hal lain?

Kalau memang yakin ini adalah ajaran agama, apakah agama memang menyuruh demikian? Ada yang berkata, "Saya membolehkan berpoligami, tapi asalkan bukan saya." Terus terang saya tertawa mendengarnya. Ini saya kira sama halnya dengan menyuruh untuk berperang, tapi dia sendiri tidak mau. Jelas, ini adalah suatu bentuk kezhaliman.

Dulu, di masa-masa awal Islam, ketika ada salah seorang masuk Islam, dan diketahui bahwa orang tersebut mempunyai istri sembilan, Rasulullah langsung menyuruhnya untuk menceraikan lima dari sembilan orang tersebut. Ketika Ali bin Abi Thalib berhasrat untuk memadu Siti Fathimah, rasulullah melarangnya, hal ini beliau utarakan di hadapan umum ketika menyampaikan khatbah Jum`at. Utsman bin `Affan saja tidak berpoligami, dia menikah lagi setelah istri pertamanya meninggal. Bahkan, kalau saya lihat, para al-Khulafâ' al-Râsyidîn, yang dianggap lebih memahami agama setelah Rasulullah Saw., tidak ada yang berpoligami. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya Islam tidak menghendaki umatnya berpoligami. Lalu bagaimana dengan Nabi sendiri yang beristrikan sembilan? Ini saya kira adalah pengecualian, kita tahu bahwa Nabi adalah utusan Tuhan. Tuhan sengaja membolehkannya untuk berpoligami karena Dia tahu bahwa Nabi akan berbuat adil kepada istri-istrinya. Ini terbukti pada saat beliau mendatangi istri-istrinya yang kebetulan tempatnya terpisah-pisah, tidak menyatu. Kepada setiap orang dari mereka Nabi berkata, "Ini cincin untuk kamu, jangan bilang-bilang sama yang lain." Ketika di suatu hari beliau berkumpul dengan para istrinya, salah seorang dari mereka bertanya kepada beliau, "Ya Rasulallah, siapa di antara kami yang paling Rasulullah cintai?" Dengan tenang beliau menjawab, "Coba perlihatkan tangan kalian, siapa di antara kalian yang memakai cincin pemberianku, itulah yang paling aku cintai." Lalu setiap orang memperlihatkan tangannya, ternyata semuanya memakai cincin. Ini Rasulullah, padahal istri-istri beliau tidak ada yang perawan kecuali hanya Siti A'isyah, selainnya hanyalah janda-janda yang ditinggal mati oleh suaminya di medan perang.

Banyak alasan dikemukakan orang untuk membolehkan poligami. Ada yang beralasan bahwa poligami dibolehkan karena alasan mandul, ini saya kira perlu dipertanyakan, memangnya laki-laki tidak ada yang mandul. Kalau si suami yang mandul bagaimana, apakah si istri boleh poliandri, atau apakah mungkin untuk cerai, padahal cerai adalah hal yang dibolehkan tapi sangat dibenci oleh Tuhan. Ada juga yang beralasan karena jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Tapi ini juga menimbulkan pertanyaan, "Apakah semua perempuan itu siap untuk dinikahi?" Jelas, umur mereka tidak sama, ada yang masih balita, ada yang masih kanak-kanak. Atau jangan-jangan yang masih balita dan yang kanak-kanak jumlahnya lebih banyak dari yang sudah dewasa.
 
posted by Roland Gunawan at 4:50 AM | Permalink |


0 Comments:





"TERIMA KASIH ANDA TELAH MAMPIR DI SINI"