**SELAMAT DATANG DI BLOG KEDAMAIAN**
MENCERAHKAN DAN HUMANIS
Monday, March 27, 2006
Sunnatullah

Sejak semula manusia diciptakan sebagai makhluk yang merdeka. Hal itu terbukti dengan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh manusia pertama dan pasangannya, yaitu Adam a.s. dan Hawa di Surga.

Pelanggaran yang dilakukan mereka itu karena di surga ada kemerdekaan dan tersedianya pilihan-pilihan yang ditentukan oleh individu masing-masing. Sehingga kedunya bebas melakukan apa saja sesuai dengan kehendak hati. Maka pelanggaran yang dilakukan oleh Adam a.s. dan Hawa merupakan cerminan dari prinsip kemerdekaan.

Seandainya Allah Swt. tidak memberikan kemerdekaan, kiranya Adam a.s. dan Hawa mustahil melanggar larangan Tuhan. Sebab makhluk yang gerakannya ditentukan segalanya itu tak ubahnya seperti robot, dan tidak mungkin akan melahirkan kebaikan. Dari itu, kemerdekaan adalah syarat mutlak adanya kebaikan, sehingga kesalahan Adam a.s. dan Hawa yang dilakukan pertama kali tersebut bukanlah merupakan sebuah dosa, mengapa? Karena dari situ dapat diketahui bahwa adanya kebenaran bermula dari sebuah kesalahan.

Maka kokohlah pepatah yang mengatakan, "Orang yang tidak pernah bersalah, dipastikan ia tidak pernah berbuat". Dalam konteks Adam a.s. dan Hawa, pelajaran yang dapat dipetik dari pelanggaran keduanya ialah prinsip kemerdekaan. Di mana manusia bebas berikhtiar, berbuat menurut kecenderungan dan kehendak setiap individu.

Dalam hukum kausalitas disebutkan bahwa, adanya sebab pasti melahirkan sebuah akibat. Dengan prinsip ini tentunya setiap apa yang dilakukan manusia akan menyebabkan terjadinya sesuatu sebagai konsekwensi dari perbuatannya. Inilah sunnatullah. Sunnatullah yang saya maksud adalah sama dengan hukum kausalitas. Saya sebutkan sebuah contah misalnya, ada seseorang yang terjangkit virus aids karena sering kali melakukan hubungan seksual dengan banyak wanita. Saya katakan ini sunnatullah. Karena penyakit aids yang menimpanya itu adalah akibat dari perbuatannya. Itu terjadi bukan karena Tuhan benci, marah, dan murka. Tuhan tidak mungkin pernah marah, benci, dan murka, kenapa? Karena Dia tidak berjantung, tidak berhati, dan tidak berperasaan. Tuhan terlepas dari segala macam perasaan. Yang ada pada diri Tuhan hanya cinta dan keadilan. Tuhan hanya memberi dan memberi saja pada setiap makhluknya. Tidak peduli apakah makhluknya itu manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Tidak peduli apakah manusia itu jelek, bagus, baik, buruk, pencoleng, pencopet, perampok, semua diberi-Nya. Lantas kenapa terjadi kesengsaraan, penderitaan? Seperti yang saya katakan di atas, itu adalah bagian dari sunnatullah. Segala apa yang terjadi dunia ini dari kebaikan dan keburukan adalah sunnatullah.

Ada banyak masalah yang kalau dikaitkan dengan konsep sunnatullah dalam tulisan ini terkesan membingungkan. Saya sebutkan sebagian saja, misalnya, kenapa dua yang sama-sama giat belajar, itu hasilnya berbeda. Ada yang sukses, ada yang tidak sukses? Kenapa ada orang nampaknya belajar, dengan susah payah tidak mendapatkan hasil yang optimal? Bagaimana pula dengan orang yang nampaknya santai-santai saja tapi sukses? Anda tahu kenapa hal itu bisa terjadi? Mari kita bahas masalah ini satu-satu agar clear.

Masalah yang pertama adalah kenapa dua orang yang sama-sama belajar itu membuahkan hasil yang berbeda, ada yang sukses, ada yang tidak. Kita tahu bahwa setiap orang mempunyai motif yang berbeda-berbeda. Perbedaan motif inilah yang menyebabkan adanya perbedaan hasil. Sama halnya dengan dua orang yang sama-sama mencuri ayam. Yang satu orang kaya, yang lain miskin. Kira-kira hukuman keduanya sama tidak? Yang jelas tidak. Sebab kalau hukumannya disamakan berarti tidak adil. Dan di balik ketidakadilan itu pasti ada sebab lain yang melatarbelakanginya.

Adapun halnya dengan orang yang belajar mati-matian tapi hasilnya tidak memuaskan, itu pasti ada sebabnya. Mungkin sejak kecil dia kurang terawat, baik dari segi makanan dan kesehatan. Atau mungkin juga karena pengaruh lingkungan sekitarnya, atau mungkin saja karena faktor keluarnga, misalnya kedua orang tuanya sering tengkar sehingga menyebabkan goncangan pada jiwanya. Hal-hal inilah yang kiranya dapat mempengaruhi otak dan memperlambat pertumbuhannya.

Sementara itu orang yang belajarnya tampak santai-santai saja, kenapa justru sebaliknya dia yang sukses? Kita mesti melihat faktornya dulu. Mungkin sejak kecil dia memang dirawat betul-betul, makanan, kesehatan dan pendidikannya. Bisa juga karena kasih-sayang kedua orang tuanya semuanya tercurah padanya. Hal itu juga bisa mempercepat pertumbuhan otaknya. Tak salah kiranya pepatah yang mengatakan, "Al-aqlu al-salîm fî al-jismi al-salîm". Maka jangan beralasan karena dia wali, punya indra keenam atau karena punya ilmu ladunni. Di dalam sunnatullah itu tidak dikenal istilah 'Faktor X', yang ada hanyalah faktor yang sesuai dengan rasio.

Adanya kematian juga merupakan sunnatullah. Ada yang mati sejak dilahirkan, ada yang mati pada waktu masih muda, dan ada juga yang mati ketika umur sudah tua. Di balik semua itu pasti ada sebabnya. Yang mati ketika dilahirkan itu bisa saja dikarenakan faktor makanan yang masuk ke dalam perut sang ibu. Mungkin makanan itu tidak bergizi atau mengandung banyak virus yang menular ke bayi tersebut ketika masih dalam rahim.

Atau sangat dimungkinkan 'pintu rahim' sang ibu terlalu sempit. Bayi dalam rahim itu kan masih lemah. Maka, tatkala dia mau keluar, lalu bagian sensitif tubuhnya ada yang terjepit, katakanlah perut misalnya. Bayi itu kan pasti sangat kaget. Karena kekagetan itulah dia langsung mati. Jadi jangan lantas seenaknya saja berapologi karena takdir Tuhan, atau karena memang sudah nasibnya begitu.

Lalu bagaimana dengan konsep surga-neraka, apakah itu juga merupakan sunnatullah? Padahal konsep itu ada dalam al Qur'an. Saya katakan bahwa konsep surga dan neraka yang terdapat dalam al Qur'an tak lebih hanyalah bagian dari simbol sunnatullah tentang adanya akibat baik dan buruk. Bahwa barang siapa yang amalannya baik di dunia, maka sebagai hasilnya adalah surga yang berarti 'kebaikan', dan barang siapa yang amalannya buruk, maka sebagai akibatnya adalah neraka yang mempunyai arti 'keburukan'. Kenapa saya katakan sebagai simbol? Sebab memang ayat-ayat yang termaktub dalam al Qur'an itu adalah simbol-simbol dari firman-Nya. Al Qur'an sendiri menjelaskan bahwa semua firman Tuhan itu terjaga di Lauh al- mahfûdz dan tidak seorangpun dapat atau boleh menyentuhnya. Kanapa harus memakai simbol segala? Agar dapat lebih mudah dipahami oleh manusia. Semua konsep tentang kebaikan dan keburukan yang ada dalam al-Qur'an hanyalah perlambang dari keberadaan yang sesungguhnya.

Makanya membaca kitab suci itu janganlah berhenti pada huruf-hurufnya saja. Sebab di balik huruf-huruf itu terdapat pesan universal. Dan kita sebagai pembaca harus berusaha untuk menangkap dan memahami maksudnya, apa sebenarnya yang dikehendaki Tuhan dengan huruf sederhana itu.

Sunnatullah itu tidak hanya mencakup pada masalah itu saja. Sunnatullah itu berlaku secara universal dan mencakup segala aspek kehidupan manusia. Adanya perbedaan dalam kehidupan dunia ini juga merupakan sunnatullah. Manusia tercipta dengan penuh keragaman. Ada yang beragama Islam, Yahudi dan Kristen.

Kalau kita membaca al Qur'an, kita akan mendapati bahwa Islam itu sudah ada sejak nabi Adam. Tapi bukan sebagai agama. Islam itu dideklarasikan sebagai agama resmi itu sejak adanya nabi Muhammad SAW. Sebelum beliau, Islam hanya merupakan nilai-nilai Universal Tuhan sebagai petunjuk kebenaran. Dan manusia sebagai makhluk, oleh Tuhan telah dikaruniai kelebihan khusus berupa akal. Seperti dalam kaidah sunnatullah bahwa tabiat akal adalah berikhtilaf. Maka Islam sebagai nilai-nilai Tuhan itu ditafsirkan beragam oleh manusia. Orang-orang Israel (keturunan Ya'qub) menafsirkan Islam itu begini, para anggota gereja menafsirkannya begitu, dan orang-orang Muslim juga tidak ketinggalan dalam memberikan penafsiran berbeda. Tidak hanya itu saja, mereka juga memilih nama-nama kesukaan masing-masing terhadap hasil penafsiran mereka terhadap Islam. Keturunan Ya'qub yang sangat fanatik dengan ikatan suku Yehuda memberi nama 'Yudaisme'.

Para pengikut Isa yang tergabung dalam kelompok Messiah yahudi memberinya nama 'Kristiani' yang berasal dari 'Xristos', terjemahan Yunani untuk 'Meshicha' yang merupakan istilah Aramaik yang berarti 'yang diberi ucapan perminyakan suci'. 'Masihi' merupakan sebutan Arab untuk orang-orang Eropa yang disebut 'Xristianos'. Sementara itu nabi Muhammad nampaknya lebih suka dengan nama yang mempunyai makna cukup luas dan berarti. Maka kemudian dia memilih nama 'Islam' yang berarti 'kedamaian'. Nama tersebut diambil dari nama pertamanya sebagai jalan damai menuju ke arah kebenaran.

Adanya hari kiamat juga termasuk sunnatullah, anda tahu kenapa? Sebab bumi ini berputar. Dan perputaran bumi itu semakin lama akan menyebabkan adanya getaran-getaran dalam perutnya yang semakin lama-kelamaan akan semakin dahsyat. Nah, getaran-getaran itu yang nanti akan menyebabkan terjadinya kerapuhan pada bagian-bagian dalam bumi. Kalau sudah demikian, kita tinggal menunggu saat di mana bumi akan hancur-lebur. Saat itulah kiamat tiba. Dan di saat itu pula sunnatullah yang lain akan berlaku.
 
posted by Roland Gunawan at 5:39 AM | Permalink |


0 Comments:





"TERIMA KASIH ANDA TELAH MAMPIR DI SINI"